Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan bersikap konservatif terhadap arah penurunan suku bunga acuannya, Fed Funds Rate (FFR).
“The Fed akan memilih sikap penurunan suku bunga yang lebih konservatif. Di sisi kebijakan moneter, Federal Reserve diperkirakan akan menerapkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin yang lebih hati-hati pada pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) hari Kamis (7/11),” kata Reny saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Reny menuturkan sikap konservatif tersebut karena Fed berupaya menyeimbangkan tekanan inflasi yang terus berlanjut dengan pasar tenaga kerja yang melambat.
Pasar saat ini memperkirakan peluang sekitar 97 persen bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada November 2024 setelah melakukan pemangkasan besar-besaran sebesar 50 bps pada September 2024.
Sebelum menurunkan suku bunga, Fed akan kembali memantau dengan saksama perkembangan indikator ekonomi seperti pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS, tingkat inflasi, angka ketenagakerjaan, dan belanja konsumen.
“Kepastian waktu pemangkasan suku bunga Fed akan menentukan kondisi pasar keuangan dan volatilitas rupiah di masa mendatang,” ujarnya.
Baca juga: Ekonom nilai BI punya ruang untuk kembali turunkan suku bunga
Menurut Reny, volatilitas pasar akan meningkat sehingga perlu mewaspadai arus modal keluar dari pasar keuangan domestik.
Arus modal di pasar saham domestik saat ini tercatat net inflow sebesar Rp369,3 miliar month to date (mtd) atau net inflow sebesar Rp38,7 triliun year to date (ytd).
Dengan demikian, kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) hingga 4 November 2024 tercatat net outflow sebesar Rp4,3 triliun mtd atau net inflow sebesar Rp38,7 triliun ytd, atau 14,8 persen dari total outstanding.
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi yang solid, cadangan devisa yang tinggi, dan harga yang terkendali masih mendukung optimisme investor terhadap perekonomian domestik. Sementara itu, ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, BI-Rate, masih dapat berlanjut tahun ini.
“Kondisi ekonomi global, ekspektasi inflasi, stabilitas rupiah, dan sasaran kebijakan moneter menjadi determinan utama yang dapat mendorong bank sentral untuk melakukan penurunan suku bunga,” tuturnya.
Untuk memitigasi volatilitas eksternal, Bank Indonesia akan melanjutkan triple intervention dan optimalisasi lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) guna menjaga stabilitas pasar keuangan dan menyerap aliran modal.
Dengan asumsi kebijakan The Fed akan menurunkan Fed Funds Rate (FFR) menjadi 4,5 persen, BI-Rate menjadi 5,75 persen, dan potensi masuknya modal lebih banyak ke pasar domestik, ia tetap mempertahankan estimasi nilai tukar rupiah bisa mencapai kisaran Rp15.500 per dolar AS hingga Rp15.700 per dolar AS.
Baca juga: Ekonom UOB : Suku bunga Fed akan di level 3,25 persen awal 2026
Baca juga: Ekonom: Perlambatan inflasi AS buka peluang The Fed pangkas suku bunga
Baca juga: Ekonom: BI masih wait and see perkembangan data sebelum potong BI-Rate
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024